Memahami Teori

Bagi kita memahami sebuah teori adalah hal yang lebih mudah daripada berhitung dengan cepat. Seperti saat bagaimana kita tahu adanya gaya gravitasi yang menyebabkan sebuah benda jatuh ke bawah. Atau, seperti saat kita berpikir keras memecahkan soal matematika sistem persamaan linear dua variabel (biasa kita menyebutnya SPLDV).

Memahami teori memang lebih mudah. Namun, tidak dengan memahami diri sendiri. Kenapa kita selalu merasa bersalah? Bahkan ketika kita indirect melakukan kesalahan. Kenapa kita jadi sulit menerima perselisihan atau perbedaan argumentasi? Padahal persoalannya hanya ada di sudut pandang tiap-tiap isi kepala yang berbeda. Dan kenapa juga kita jadi sulit melepaskan perasaan tidak enak pada orang lain?

Katanya self love itu penting. Mengajarkan tips and tricks tentang bagaimana kita melakukan kontrol pada emosi-emosi yang dihasilkan dari dalam diri. Namun, kenyataannya sulit juga ketika sistem parenting atau pola parenting telah menanamkan pupuk "anak yang kuat dan hebat adalah anak yang tidak cengeng."

Baru-baru ini gue berpikir kalau bisa saja, apa yang terjadi pada pertanyaan-pertanyaan "kenapa" di atas, muncul sebab seseorang telah dipupuk banyak teori tentang "anak yang kuat dan anak yang hebat" sejak kecil. Dampaknya, banyak di antara kita yang bahkan tidak mengenali dirinya sendiri. Alih-alih melakukan dan mengatakan bahwa ia mencintai dirinya, padahal ia hanya tidak mau terlihat cengeng dan tampak mudah menyerah ketika mengahadapi suatu persoalan, yang sebetulnya sangat mengganggu isi hatinya.

Lalu kemudian muncul lagi teori lain dalam pandangan kita. Bisa kok kita melakukan self love dengan sering-sering melakukan self talks.

It's ok. Kamu boleh-boleh aja mengatakan dan menyambungkan kedua teori itu dalam isi kepalamu. Namun, perlu disadari juga bahwa kita tidak bisa melewati keduanya kalau kita belum berhasil menyelesaikan "kenapa kita harus melakukan kedua hal itu?"

Seseorang yang tidak menemukan alasan untuk melakukan self love ataupun self talks, maka sulit baginya untuk memahami atau membiarkan sejuta teori perihal di atas untuk masuk ke dalam logikanya.

Lantas harus bagaimana?

Katanya menulis jadi salah satu cara ampuh untuk melampiaskan seluruh perasaan. Menulis salah satu cara self talks terbaik.

Mungkin ada betulnya. Gue sendiri selalu membuat tulisan ketika sedang berupaya melakukan stress release. Kadang mutar lagu yang sedih juga bisa jadi obat.

Nah, sekarang coba deh periksa lagi perasaanmu hari ini. Separah apa kamu merasa sakit di dalam hatimu? Yuk, nangis aja. Katanya, orang itu beragam ketika melakukan stress release. Ada yang teriak-teriak, ada yang nangis, ada yang marah-marah, ada yang bertingkah konyol dan gila.

Semua itu kembali pada bagaimana kita diajarkan oleh inner circle dan bagaimana kita tumbuh lalu keluar dari inner child kita.

Gimana? Sekarang sudah lebih tenang? Jangan tersenyum ya setelah baca ini.

Komentar

Postingan Populer